RELEASE INDONESIA

Mengabarkan Dengan Tepat dan Berimbang

Semangat Kebangsaan Membara di Alun-Alun Rangkasbitung: Mahasiswa, Aktivis, dan Serikat Pekerja Gali Nilai Luhur Sejarah Bangsa

Rangkasbitung, releasindo.com – Minggu, 1 Juni 2025, suasana di Alun-Alun Rangkasbitung terasa berbeda. Setelah rangkaian peringatan Hari Bhayangkara, sejumlah pemuda terlihat berkumpul di depan Museum Multatuli, berdiskusi hangat dengan tema besar: “Refleksi Kebangsaan dan Kemandirian Generasi Muda.”

Diskusi tersebut diinisiasi secara spontan oleh kalangan mahasiswa dan aktivis. Tampak hadir Redy dan Ardhi, mahasiswa FISIP Universitas Setia Bhudi Rangkasbitung, yang berbagi kisah suka duka mereka sebagai mahasiswa ilmu sosial dan politik.

“Menjadi mahasiswa FISIP bukan hanya belajar tentang teori politik atau sistem pemerintahan, tapi juga tentang memahami realitas sosial dan mencari solusi untuk bangsa,” ujar Redy.

Mereka menyampaikan harapan besar agar ilmu yang dipelajari di bangku kuliah tidak sia-sia, dan dapat diterapkan langsung di masyarakat ketika mereka lulus nanti. “Kami ingin jadi sarjana yang siap pakai, yang mampu membangun bangsa, bukan hanya menunggu peluang,”

Suasana semakin hidup ketika John H. Suryo Wibowo, Ketua Umum Gerakan Putra Bangsa, menyampaikan pandangannya. Dengan gaya khasnya yang tegas dan menggugah, John mengingatkan para mahasiswa untuk tidak melupakan sejarah bangsa sendiri.

“Kita terlalu sering berkiblat ke Yunani, ke teori-teori Barat. Padahal, Nusantara punya sejarah politik dan sosial yang luar biasa. Misalnya, politik Ken Arok yang berhasil jadi raja karena cerdik membaca situasi – itu luar biasa, dan khas Nusantara,” ucap John.

Ia juga menyinggung kecerdikan Raden Wijaya dalam memanfaatkan kekuatan tentara Mongol untuk mengalahkan Kerajaan Kediri.

“Bayangkan, leluhur kita bisa membuat tentara Mongol yang kala itu kekuatan terbesar di dunia bekerja untuk kepentingan politiknya, lalu memukul balik mereka dengan cerdas. Ini bukti bahwa bangsa kita punya warisan strategi luar biasa,” tambahnya penuh semangat.

Menurut John, sejarah seperti ini harus dikaji secara akademik, tidak hanya sebagai cerita, tetapi juga sebagai referensi ilmiah dan inspirasi kepemimpinan.

Menanggapi diskusi itu, Sidik Uen, Ketua Serikat Pekerja Nasional (SPN) DPC Kabupaten Lebak, turut menyampaikan seruan kepada generasi muda.

“Sekarang bukan waktunya hanya berdiskusi. Kita harus bergerak, belajar, dan berbuat yang terbaik untuk bangsa ini. Semua bisa berkontribusi – dari kampus, dari jalanan, dari pabrik, dari kantor,” ujar Sidik Uen, penuh semangat perjuangan.

Ia menekankan pentingnya solidaritas lintas generasi, antara mahasiswa, buruh, dan rakyat, untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, adil, dan berdaulat. (pb01)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
Tutup